The Happy One, sebutan ini sangat cocok untuk menggambarkan perasaan seseorang yang seakan menemukan kembali gairah atau sesuatu yang hilang dari dalam diri. Dan itulah apa yang dikatakan oleh Mourinho tepat setelah dirinya kembali ke Stamford Bridge, 10 Juni dua tahun lalu.
Ia mendapuk dirinya sebagai manusia yang paling bahagia saat itu. Mourinho juga menjelaskan bagaimana rasa cinta yang besar untuk Chelsea. Harapan pun kembali membumbung tinggi di hati para pendukung yang setia mengumbar tagar #KTBFFH tersebut.
“Saya adalah 'The Happy One' (Orang yang bahagia). Jika saya harus menggambarkan diri saya, saya menggambarkannya sebagai sosok sebagai orang yang begitu bahagia,” - Mourinho, 9 Juni 2013.
Ini adalah pernyataan yang kesekian kali dari manajer asal Portugal itu. Jauh sebelumnya, ia mengklaim bahwa ia adalah The Special One danThe Only One. Cukup sombong? Silahkan saja nilai sesuka kalian, toh deretan prestasi pantas membuatnya menjadi seperti itu.
Kegembiraan Mourinho tersebut kemudian dibuktikan dengan membawaThe Blues finish di peringkat ke-3, sesuatu yang manis bukan? Selain peningkatan tajam atas performa Eden Hazard cs, Mourinho juga membawa kembali nafas kebencian dari para pendukung klub Premier League.
Bukan Mourinho namanya, jika harus terlalu pusing untuk larut menanggapi kritikan tersebut. Hasil itu juga membuat semua orang yang membencinya sulit untuk melayangkan cacian karena memang prestasi lagi-lagi sukses ia persembahkan. Yang ada justru aplaus patut diberikan atas pencapaiannya.
Namun siapa sangka? Hasil hebat di musim 2014-15 ternyata tak mampu diulangi oleh eks pelatih Real Madrid. Bahkan, ini merupakan awal kesedihan yang harus dirasakan oleh The Happy One.
Setelah berlagak congak karena enggan menambah pemain baru dalam skuatnya, Mourinho amat percaya diri memulai langkah di Premier League musim yang baru. Status sebagai juara bertahan ternyata tak membuatnya menjadi pribadi yang hati-hati dalam hal apapun. Alhasil, ia mendapatkan dampak dari hasil kesombongan serta kecerobohannya tersebut.
Kekalahan yang pernah dialami di seluruh kompetisi menjadi bukti bahwa Chelsea benar-benar sedang mengalami krisis.
Dan tak perlu menunggu waktu lama bagi kita semua untuk
Jangan bandingkan mereka dengan Watford yang jelas-jelas sukses menaklukkan West Ham belum lama ini.
Isu seputar pemecatan mantan asisten pelatih Bobby Robson diBarcelona itu pun tersiar kencang. Terlebih, kekalahan dari Liverpoolmembuatnya semakin terpojok. Oh iya, hasil kemarin juga merupakan pembalasan The Reds yang dijegal saat sedang berlari menggapai gelar juara di musim 2013-14 lalu.
Mourinho terdiam seakan tidak percaya dengan apa yang terjadi. Sepatah kata "Tidak ada yang perlu dijelaskan" menjadi andalan sang manajer saat diwawancarai oleh seorang reporter tepat setelah pertandingan melawan skuat besutan Jurgen Klopp selesai digelar.
Ia tampak pasrah dan berkata, "Tak ada yang perlu saya jelaskan. Saya minta maaf."
Ia juga mengaku akan menemui keluarganya yang sedang sedih dan memutuskan untuk menonton pertandingan Rugby di rumah.
"Apa yang terjadi sekarang? Saya akan pulang ke rumah. Saya akan bertemu dengan keluarga saya yang sedang sedih. Saya akan mencoba untuk menonton sejumlah pertandingan rugby," - Mourinho, 31 Oktober 2015.
Dalam kasus ini, Mourinho sudah bisa dikatakan sebagai The Happy Oneyang tak lagi bahagia. Mungkin, ijinkan kami memanggilnya dengan sebutan baru, The Saddest One. Semakin lengkap saja sebutan untuknya.
Jika ini benar-benar menjadi hari terakhir Mourinho di London, mungkin hal terbaik yang selanjutnya harus dilakukan olehnya adalah merenungkan kembali sifat arogansi dan mulut besarnya tersebut. Atau, yakinkah kita kalau seorang Jose Mourinho akan merenungkan hal tersebut? (bola/yp)
0 Response to "Berakhirnya Periode Bahagia "The Happy One" Jose Mourinho di Kota London "
Post a Comment